Tahun 2020, Tahun Perang Saraf.
Puji Syukur atas Perkenan Tuhan Yang Maha Esa, betapa bahagianya saat kesehatan kekuatan kedamaian selalu beserta kita, tahun 2019 telah usai , setiap beban dan masalah di tahun kemarin sudah kita lewati, dan kali ini kita telah memasuki tahun perdana 2020. pastinya ada ungkapan doa akan rencana-rencana yang menjadi resolusi hidup kedepan,
Pastinya tentu adalah9 pilihan yang terbaik.
Di tahun 2020 kini memasuki Pemilihan serentak daerah Sulawesi Utara, jadi secara otomatis rakyat masi bingung menentukan pilihan dan sisi lain orang sibuk membicarakan politik, desas-dedus dan isu-isu krusial akan menjadi opini di tenga masyarakat baik dikampus di tempat pasar, di rumah kopi dan restoran, ditempat umum lainya untuk menuangkan gagagasa pengamatan bagaimana kemajuan Sulawesi Utara nantinya kedepan, dengan kontestasi bakal pemilihan Gubernur, Bupati bahkan sampai pemilihan Hukum Tua tentunya masyarakat akan turut mewarnai pesta demokrasi dengan pilihan rasional dan irasional.
Masyarakat punya Analisis tersendiri terhadap perlehatan kontestasi PILGUB, PILBUB dan PILHuk, baik di kalangan cendikiawan,pegiat praktisi politik, Para pengamat pakar Politik dan tokoh-tokoh masyarakat.merekalah yang akan menyumbang pemikiran pemikiran yang mendasar baik teori dan praktek.
Ada beberapa hal juga yang perlu di hindari saat menanggapi Argument tanpa dasar dari refrensi yang kurang jelas, yaitu mengantisipasi intrik dan berita hoax media online yang kian cepat mempengaruhi cara berpikir masyarakat secara masif itu adalah hal yang mempengaruhui orang awam tentang politik.
Berspekulasi bicara politik juga menyesatkan beberapa sudut pandang masyarakat, dengan menjatuhkan , saling menghina, menyerang martabat pribadi, yang tak bisa di hindari adalah terlalu bawa bawa ke hati, semuanya diluar Etika, karna hanya ingin mempertahankan visi dan misi yang masi ilusi oleh para bakal calon.
Perang saraf merupakan istilah di era ini tentang Aduh mengaduh cara berpikir dan mempertahankan arugument tentang visi misi yang masi ilusi dan para pendukung sudah bergerak berkampanyekan atau istilah relawan padahal junjungan masing masing bakal calon yang belum di tetapkan, setiap hari pasti kita membaca berita isu dan muatan politik, deadline yang di diterbitkan beberapa media online merupakan opini ketika narasi sudah di mainkan. ada istilah satire yang biasa di dengar "Jadilah penikmat Politik ketika anda bukan orang politik dan birokrasi, jadilah pelaku politik ketika anda adalah orang politik, karna pemain dan pengikut berbeda"
"Jangan terprovokasi akan isu isu negatif, jangan merasa menang sebelum bertanding, jangan memperkeruh suasana dari cerita cerita nihil"
Maka dari itu berhati-hatilah mengunakan kedua jemari jempol, pemikiran harus di pertimbangan matang-matang ketika menggunakan medsos. Begitu juga hati dan pikiran harus konek ketika memulai suatu tindakan.
"Penulis independent.
Jika ada sepatah kata dan kalimat yang salah mohon di maklumi.
(saran dan kritik)
Komentar
Posting Komentar